KOTA BEKASI NO. 7 KOTA PALING TOLERAN SE-INDONESIA
Syarifuddien Ahmad, S.Sos., M.Si
Peringatan Hari Lahirnya Pancasila tingkat Kota Bekasi tahun 2025 dilaksanakan dengan upacara Pengibaran Bendera Merah-Putih, pembacaan teks Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 di Plaza Pemerintah Kota Bekasi, Senin, 2 Juni 2025.
Inspektur Upacara, Wakil Walikota Bekasi, Dr. Abdul Haris Bobihoe yang membacakan 3 teks pidato sekaligus; naskah Pidato Ketua BPIP, Capaian 100 hari kerja pasangan Walikota dan Wakil Walikota, Tri Adhianto & Abdul Haris Bobihoe serta Evaluasi Kinerja Birokrasi.
Mungkin karena ada tiga naskah pidato yang harus dibacakan oleh Inspektur upacara, sehingga lumayan lama juga berdiri di barisan Ormas peserta upacara.
Pada kesempatan tersebut diumumkan bahwa Kota Bekasi meraih peringkat ke 7 kota paling toleran di Indonesia menurut penilaian SETARA INSTITUTE. Entahlah, sebagai warga Kota Bekasi, apakah kita harus gembira dan bersyukur ataukah sedih dengan penilaian ini oleh lembaga tersebut.
Pada evaluasi kinerja birokrasi dinas atau instansi yang berada dalam lingkungan Pemkot Bekasi disebutkan hasil penilaian 17 dinas atau instansi secara berurutan dengan hasil capaiannya masing-masing, mulai dari Bappelitbangda hingga Dinas Perhubungan.
Ada hal yang sedikit mengusik rasa keberagamaan penulis ketika menyaksikan pertunjukan drama musical yang digarap oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Bekasi. Drama musical yang ditampilkan adalah terkait sejarah lahirnya Pancasila, dimana digambarkan bahwa Bung Karno yang mengkaji dan mencermati dari banyak unsur untuk mencetuskan konsep Pancasila. Digambarkan dengan ditampilkannya budaya dan ideologi Cina, yang identik dengan sosialisme komunisnya, kemudian ditampilkan pengaruh dari Eropa dengan fasisme Hitler yang ditonjolkan.
Nah… yang bikin miris dan prihatin, adalah ketika ditampilkan pengaruh dari Arab atau Timur Tengah, yang notabene adalah Islam, yang ditampilkan pemeran laki dan perempuan, sekalipun tetap berpakaian dinas, namun mereka menggunakan surban atau kafiyeh dikepalanya sambil joged-joged, apakah Islam yang dibawa oleh para juru dakwah dahulu masuk ke Indonesia diidentikan dengan joged-joged yang gak jelas? sehingga Bung Karno enggan menjadikan Islam sebagai dasar ideologi negara? atau, mungkin ini ada pesan tertentu dari ketua BPIP yang pernah melontarkan bahwa agama adalah musuh Pancasila? nyatanya di akhir naskah pidatonya dicantumkan namanya dengan gelar Profesor Doktor Kyai Haji?.
Ingat pernyataan Jusul Kalla, “Ideologi Pancasila dilaksanakan sesuai dengan keinginan siapa yang berkuasa”.
Tetap waspada, Islam adalah musuh utama Komunisme dan ideologi lainnya, sehingga mereka tidak akan berhenti mem-framing Islam dengan stigma negatif dengan cara apapun. Aneh jika orang Islam, benci kepada Islam.
Penulis adalah Dosen Matakuliah Pancasila dan Kewiraan/PKN hampir 15 tahun.