Hidup Manusia Harus Bertauhid
الحياة البشرية يجب ان تكون
Pokok-pokok ajaran dalam Islam ada 4 (empat), yaitu aqidah/ tauhid, ibadah/syariah, muamalah duniawiyah, dan akhlak. Ajaran-ajaran tersebut menjadi bidang utama dari gerakan dakwah, tajdid, dan attanwir pencerahan. Dimensi ajaran Islam yang pertama adalah tauhid.
Tauhid menempati posisi yang istimewa dalam seluruh rangkaian ajaran Islam. Seluruh ibadah tidak akan diterima tanpa adanya landasan tauhid di dalam hati pelakunya. Allah Swt. telah mengabarkan bahwa siapa saja yang megerjakan kebajikan atas dasar keimanan yang tulus Allah akan memberikan kebaikan di dunia dan akhirat.
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِّنْ ذَكَرٍ اَوْ اُنْثٰى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهٗ حَيٰوةً طَيِّبَةًۚ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ اَجْرَهُمْ بِاَحْسَنِ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ (٩٧)
Barangsiapa yang beramal saleh baik lelaki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sungguh Kami benar-benar memberinya kehidupan yang baik dan membalasnya dengan sebaik-baik pahala atas apa yang pernah mereka lakukan. (An-Nahl [16]: 97)
Hidup manusia harus berdasarkan Tauhid mengesakan Allah: bertuhan, beribadah serta tunduk dan ta’at kepada Allah. Perilaku yang mencerminkan pemahaman tentang tauhid dalam kehidupan sehari-hari seperti sifat tidak sombong, tidak merasa hebat (takabur), dan mensyukuri segala pemberian Allah SWT. seperti masih bisa bernafas, memiliki anggota tubuh yang lengkap, masih bisa menikmati makanan dan minuman serta yakin bahwa segala yang ada di dunia ini terjadi karena Allah, dan yakin bahwa hanya Allah yang mampu membolak-balikan hati manusia serta melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Umat Islam harus bisa menguatkan ketauhidan kita untuk mengesakan Allah.
Jadi konsep laa ilaaha illallah diterjemahkan bahwa tidak ada yang patut disembah kecuali Allah, tunduk dan patuh hanya kepada Allah. “Terkait tauhid penciptaan, kita ini yakin bahwa Allah-lah yang menciptakan seluruh alam dan seisinya, termasuk mencukupi kebutuhan kita. Bagaimana cara Allah mencukupi ada banyak jalan, satu sama lain tidak sama,”.
Orang yang bertauhid bisa mendapatkankan nikmat melalui banyak cara, entah dari siapa, dimana, dan di momen apa nikmat itu diberikan Allah. Dengan begitu, maka Allah akan menambah banyak nikmat-Nya. Hal tersebut juga telah dijelaskan dalam Al-Quran tepatnya surat Ibrahim ayat 7: “Dan ingatlah tatkala Tuhanmu memaklumkan Sungguh jika kamu benar-benar bersyukur pasti akan Kami tambahkan nikmat-Ku kepadamu, dan jika kamu kufur mengingkari (nikmat) sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih”
Menurut Dr, Hidayatullah Rektor Umsida, bahwa orang yang memiliki jiwa tauhid kuat, dia pasti merdeka karena dia hanya punya sandaran yang utama, yaitu Allah semata. Jika orang sudah memahami dimensi-dimensi tauhid, maka akan disadari pula beberapa peran tauhid, di antaranya :
- Tauhid menuntun kita dalam bertuhan. Laa Ilaha illallah, tidak ada Tuhan selain Allah. Tuhan di dunia ini ada berapa? Dari tuhan-tuhan yang sebanyak itu hanya satu yang dipertahankan yaitu Allah. “Apakah di dalam hidup kita ini kita pernah merasakan kita memperturutkan hawa nafsu? Pada saat itulah kita tidak sadar atau kita sedang terheboh oleh hawa nafsu. Dalam konsep tauhid, kita telah mempertuhankan hawa nafsu kita,” ucapnya.
- Orang yang bertauhid jiwanya tenang. Sebaliknya, jika tidak bertauhid dia akan gelisah. Mengapa? Karena mereka tidak bersandar kepada Allah. beliau menerangkan, “Uang tinggal 2 juta dicuri orang, kita bingung takut tidak bisa makan besok hari. Jika kita bertauhid, kita serahkan kepada Allah, maka yakin bahwa Allah akan mengganti dengan yang lain,”.
- Tauhid bisa menemukan arah yang pasti dalam kehidupan dan menjauhkan manusia dari pandangan yang sempit dan picik, serta menanamkan rasa percaya diri dan mengerti harga diri.
Orang yang bertauhid dan beriman kepada Allah dan rasul-Nya pasti tahu mengapa Allah SWT menciptakannya sehingga ia berada di atas jalan yang lurus, ia mengetahui dari mana awal dan ke mana akhir hidupnya, jauh dari kebutaan dan kesesatan.
أَفَمَن يَمْشِي مُكِبًّا عَلَىٰ وَجْهِهِ أَهْدَىٰ أَمَّن يَمْشِي سَوِيًّا عَلَىٰ صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ
“Maka apakah orang yang berjalan terjungkal di atas mukanya itu lebih banyak mendapatkan petunjuk ataukah orang yang berjalan tegap di atas jalan yang lurus?” (QS. Al-Mulk: 22).
Hidup bertauhid akan menjadikan hati-hati manusia bersatu dengan Rabb yang satu, satu kitab, satu risalah, dan satu kiblat, dan iman juga menjadikan manusia saling mencintai dan bersaudara seperti firman Allah SWT :
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
“Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.” (QS. Al-Hujuraat: 10).
Rasulullah SAW bersabda :
مَثَلُ المُؤْمِنِيْنَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالحُمَّى ( رَوَاهُ مُسْلِمٌ عَنِ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيْرٍ رضي الله عنه)
“Perumpamaan orang-orang beriman dalam hal saling mencintai, saling menyayangi dan saling bersikap lemah lembut adalah seperti satu tubuh, jika salah satu anggota tubuh merasakan sakit maka semua anggota tubuh yang lain akan sulit tidur dan demam.” (HR. Muslim dari An-Nu’man bin Basyir RA).
Masyarakat beriman adalah masyarakat yang melakukan ta’awun (saling bekerja sama) dalam kebaikan dan taqwa dimana anggota masyarakatnya saling melarang dari perbuatan dosa dan permusuhan, semua berusaha untuk sukses menggapai ridha Allah, karena ia takut kepada Allah dan takut kepada hari di mana ia harus berhadapan dengan Allah SWT untuk mempertanggungjawabkan semua amalnya. Dan ketika kaum muslimin berpegang teguh dengan tauhid mereka menjadi orang-orang yang terbaik seperti firman-Nya:
كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ ۗ وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُم ۚ مِّنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.” (QS. Ali-Imran: 110)
Apabila keimanan telah menyebar luas di masyarakat, maka pastilah akan membuahkan amal shalih yang diridhai Allah swt sehingga membuka berbagai pintu kebaikan dan mendatangkan pertolongan Allah dalam menghadapi musuh-musuh mereka.
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٰ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَٰكِن كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُم بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, Pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat kami) itu, maka kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS. Al-A’raaf: 96)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِن تَنصُرُوا اللَّهَ يَنصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ
“Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (QS. Muhammad: 7)
Begitulah dulu kaum muslimin, sebelumnya mereka adalah orang-orang yang lemah dan miskin, namun mereka beriman dan beramal shalih hingga Allah membuka pintu-pintu keagungan di dunia untuk mereka, Allah cukupkan mereka dengan karunia-Nya, dan Allah tolong mereka dari musuh-musuh mereka dengan pertolongan dan kemenangan yang gemilang.